Dari Bangkrut Hingga Bangkit: Kisah Inspiratif Suprianto Membangun Siomay Wondes

Suprianto, seorang pria yang dulunya bekerja di kantor, tidak pernah menyangka bahwa hidupnya akan berubah drastis setelah terjebak utang dan jatuh bangkrut. Ia dulunya tidak pernah punya utang, bahkan tidak memiliki kartu kredit. Namun, musibah datang tak terduga.
“Saya sakit, harus dirawat, dan biaya rumah sakit sampai Rp40 juta. Saya bayar pakai kartu kredit karena enggak punya uang. Dari situ utang mulai menumpuk,” ungkap Suprianto.
Dari utang ratusan juta, bisnis yang gagal, hingga tekanan dari keluarga, Suprianto sempat merasa dunia begitu gelap. Bahkan, untuk membayar cicilan saja ia tak sanggup.
Titik Balik: Doa di Tengah Keputusasaan
Dalam keterpurukannya, Suprianto hanya bisa berserah diri. Ia mulai rutin shalat malam dan memohon petunjuk. Ajaibnya, satu per satu keajaiban mulai datang.
“Orang yang punya utang ke saya tiba-tiba bayar. Gaji saya yang tertunda juga dibayarkan. Utang yang ratusan juta itu akhirnya bisa lunas,” kisahnya.
Memulai dari Nol: Jualan di Pinggir Jalan
Tidak tinggal diam, Suprianto memutuskan resign dari pekerjaannya dan mulai merintis kembali usaha yang sempat gagal: berjualan siomay. Ia memulainya dari tempat sederhana—di depan gereja, setiap Minggu pagi. Dari situlah cikal bakal brand Siomay Wondes mulai dikenal.
“Dulu saya kerja kantoran, suruh-suruh anak buah. Sekarang saya sendiri yang dagang di pinggir jalan. Tapi dari situ rejeki mulai terbuka,” ujarnya.
Dapur Produksi: Rahasia Lezatnya Siomay Wondes
Proses Awal: Mengupas dan Memarut Labu
Di dapur produksi Siomay Wondes, para pekerja sibuk mengolah bahan utama: labu siam. Labu ini dikupas, dicuci bersih hingga tak ada getah, lalu diparut menggunakan mesin.
“Kalau labunya muda, lebih kenyal dan tidak berserat. Makanya dipilih yang kulitnya masih tipis,” jelas salah satu staf produksi.
Semua Serba Mesin
Demi efisiensi dan kualitas, hampir semua proses menggunakan mesin—dari memarut labu, menggiling ikan tenggiri, hingga mencampur adonan.
“Dulu pakai tangan, lama dan pegal. Sekarang sudah pakai mesin, alhamdulillah kerjaan lebih ringan,” kata sang staf.
Resep Rahasia: Perpaduan Bumbu dan Ikan Asli
Untuk satu adonan, digunakan sekitar 3 kilogram labu dan 1 kilogram ikan tenggiri asli. Semua bahan dicampur dengan bumbu pilihan seperti kemiri, bawang putih, lada, garam, dan penyedap rasa. Bahkan, mereka juga menambahkan lemak ayam untuk menciptakan rasa gurih yang khas.
“Semuanya fresh, bumbunya dihaluskan sendiri, dan prosesnya benar-benar bersih,” imbuhnya.
Proses Aduk Hingga Kalis
Setelah semua bahan tercampur, adonan diaduk menggunakan mixer besar hingga benar-benar kalis.
“Kalau sudah nyatu semua, enggak lengket di tangan, tandanya udah kalis,” jelas sang operator mesin.
Dari Dapur ke Pasar: Siomay Wondes Melejit
Dengan kualitas dan rasa yang konsisten, Siomay Wondes kini makin dikenal. Penjualannya meningkat pesat, bahkan produksinya bisa mencapai belasan kilo per hari.
“Sempat kewalahan juga. Awalnya saya tantang-tantangin, eh baru lima hari produksi besar, langsung demam,” kelakar Suprianto.
Penutup: Usaha Tak Akan Mengkhianati Doa dan Kerja Keras
Kini, Suprianto menjadi inspirasi bagi banyak orang. Dari kisah pahit terlilit utang hingga sukses menjalankan bisnis kuliner, ia membuktikan bahwa ketekunan, kejujuran, dan doa bisa membawa seseorang bangkit dari titik nol.
“Yang penting terus bergerak, jangan menyerah. Usaha yang barokah itu datang dari niat baik dan proses yang bersih,” tutupnya.