Inspirasi Bisnis

Dari Kerupuk ke Furniture Custom Kisah Perjuangan Mel Dwi Amelia Bangun JAM Furniture dari Nol

Awal Mula: Lulusan Kuliah yang Menganggur dan Jadi Guru Honorer

Mel Dwi Amelia, wanita kelahiran Pangandaran, merintis kisahnya dari hal yang sangat sederhana. Setelah menyelesaikan kuliah di Tasikmalaya, ia memutuskan untuk tidak merantau jauh. Sayangnya, kenyataan tidak semudah harapan. Ia menganggur selama 7 bulan karena sulitnya mencari pekerjaan tetap.

Akhirnya, Mel kembali ke kampung halaman dan menjadi guru honorer di sebuah sekolah. Meski statusnya guru, gaji tak kunjung datang hingga enam bulan. Tapi ia tetap semangat. “Mama selalu bilang, nikmati prosesnya. Pasti ada hikmahnya,” kenangnya.

Menggoreng Kerupuk di Tengah Malam untuk Tambahan Penghasilan

Merasa penghasilannya tidak cukup, Mel mulai berjualan kerupuk. Ia goreng sendiri menggunakan wajan kecil di rumah, lalu dibungkus dan dikirim ke koperasi sekolah sebelum subuh. Penjualannya tembus 200–250 bungkus per hari! Murid-murid menyukainya.

Namun, perjuangan ini harus terhenti. Sekolah melarangnya berjualan, meskipun hanya menitip di koperasi. Saat ia meminta kebijaksanaan karena ingin tambahan penghasilan, jawaban yang menyakitkan pun datang:

“Kalau kamu mau uang banyak, jangan di sini. Cari perusahaan besar saja.”

Kalimat itu membuatnya menangis, tapi juga menyadarkannya akan satu hal: ia harus mencari jalan lain untuk sukses.

Berhenti Mengajar dan Memulai Dari Nol

Tak lama setelah larangan itu, Mel hamil dan harus bed rest selama tiga bulan. Keadaannya sangat lemah hingga tidak bisa mencium bau makanan. Karena kondisi itulah, ia memutuskan berhenti mengajar dan ikut suami pindah ke Tasikmalaya.

Di sanalah titik baliknya dimulai. Lingkungan tempat tinggal suami ternyata dipenuhi pengrajin mebel. Dari sana, Mel melihat peluang.

JAM Furniture: Dimulai dari Foto di BBM dan Tanpa Modal

Mel mulai memasarkan mebel dengan cara unik: mengambil foto-foto sofa dari internet, lalu dipajang di status BBM. Ia menambahkan keunikan: “Bisa custom sesukamu.”

Padahal, Mel sama sekali belum punya produk maupun modal!

Setiap ada pemesanan, ia minta DP (uang muka) dan menggunakan dana tersebut untuk memproduksi barang. Strateginya sederhana tapi jenius: satu barang dijadikan dua, hasilnya diputar kembali untuk produksi berikutnya. Tanpa jajan, tanpa boros, semua uang disimpan untuk modal.

Dari 1 Karyawan, Kini Jadi 68 Orang Tim

Awalnya, JAM Furniture hanya Mel dan suaminya. Ia menangani customer dan chat, suami mengurus produksi. Pengiriman pun mereka lakukan sendiri, bahkan saat Mel sedang hamil besar. Mobil sewaan, bantuan tetangga, semua mereka jalani tanpa gengsi. Kini?

JAM Furniture sudah memiliki 68 karyawan, dengan armada pengiriman sendiri, tim produksi khusus sofa, kayu, finishing, hingga admin pemasaran.

Meledak di TikTok, Dikenal Sampai Artis

Perubahan besar terjadi ketika Mel mulai aktif membuat konten di media sosial. Beberapa video promosi di TikTok sempat viral, meningkatkan jangkauan bisnisnya secara drastis.

Yang menarik, 90% customer JAM Furniture adalah pembeli online. Bahkan, mereka yang tinggal satu kota pun lebih banyak bertransaksi secara digital ketimbang datang langsung ke showroom!

Strategi Menarik: Program Arisan, Tabungan, dan Cicilan

Satu hal yang membuat JAM Furniture berbeda adalah fleksibilitas pembayaran. Mereka menawarkan berbagai program:

  • Arisan furniture
  • Tabungan furniture
  • Cicilan ringan

Program ini membuat produk custom terasa lebih terjangkau bagi berbagai kalangan.

Kisaran Harga JAM Furniture

Produk-produk JAM Furniture sangat beragam, mulai dari:

  • Meja kecil: Rp700.000-an
  • Sofa: mulai dari Rp3 juta
  • Lemari, kitchen set, dan kamar set: sesuai desain dan permintaan custom

Semua bisa disesuaikan dari segi ukuran, warna, bahan, hingga desain—mewujudkan impian interior rumah pelanggan.

Kunci Sukses: Pantang Menyerah dan Terus Belajar

Mel mengakui bahwa dalam dunia usaha, jatuh bangun adalah hal biasa. Ia tak malu memulai dari bawah, tak gengsi meminjam mobil, dan terus belajar tentang pemasaran digital.

Related Articles

Back to top button