Inspirasi Bisnis

Kisah Inspiratif Baik Hati Farm Membangun Sukses di Dunia Peternakan Sapi Kurban

Begitulah sepenggal refleksi dari Anton Agus Wicaksono, pria 35 tahun yang kini dikenal sebagai pendiri Baik Hati Farm, sebuah usaha peternakan sapi kurban yang berlokasi di Desa Susukan, Kabupaten Bogor. Bersama sang istri, Atika, pasangan ini berhasil membalikkan kegagalan demi kegagalan menjadi sebuah kisah sukses yang luar biasa menginspirasi.

Awal Mula yang Penuh Liku

Tujuh tahun lalu, usaha peternakan ini bukanlah cerita manis. Bahkan, di tahun sebelumnya, mereka sempat mengalami kerugian hingga Rp200 juta akibat kurangnya dukungan SDM, kendala operasional, hingga masalah pakan. Tapi tahun ini? Hanya dalam waktu kurang dari tiga bulan menjelang Idul Adha, mereka telah mencatatkan omzet miliaran rupiah melalui program Tabungan Kurban.

Berani Mimpi, Berani Gagal

Anton mengaku bahwa jiwa wirausahanya tumbuh sejak kuliah. Mulai dari jualan soto, kue pancong, sop duren, bahkan mie ayam bersama istri pun pernah mereka jajal. Namun, semuanya gagal.

Puncaknya adalah ketika ia memutuskan resign dari pekerjaan di bidang penerbangan di Madinah, satu bulan sebelum menikah. Sepulang ke Indonesia, ia tidak punya pekerjaan, dan harus tinggal di rumah mertua sementara sang istri masih bekerja. “Saya malu, Mas. Tapi saya kencengin doa. Saya serahkan semuanya pada Allah.”

Dari titik nol itulah pintu rezeki mulai terbuka. Ia mulai membantu teman yang berjualan hewan kurban. Pengalaman itu menjadi bekal berharga. Tahun berikutnya, ia nekat membuka lapak sendiri, meski harus menanggung utang di sana-sini.

Belajar dari Kegagalan dan Bangkit

Anton menyebut setiap kegagalan adalah sekolah. Ia terus belajar, hingga akhirnya bertemu dengan rekan bisnis yang serius dan visioner. Dua tahun membantu penjualan produk dengan kualitas rata-rata namun harga bersaing, ia terus mencari celah untuk berkembang.

Hingga di tahun ketiga, saat musim kurban, seorang teman menelepon untuk membeli sapi, dan dua hari kemudian ingin bergabung dalam bisnis. Dari situ, lahirlah kandang pertama mereka—sederhana, hanya bambu-bambu, namun penuh harapan.

Mengubah Strategi: Dari Lapak ke Digital

Awalnya mereka bingung menjual sapi, apalagi berada di Bogor, sementara pengalaman pasar Anton lebih di Jakarta. Mereka nekat buka lapak di Jakarta meski belum punya sistem yang matang. Hasilnya? Banyak kematian ternak dan manajemen kacau.

“Tapi saya anggap ini S2 saya di bisnis peternakan,” katanya.

Kesadaran pun muncul: tidak bisa hanya berjualan di momen Idul Adha. Harus ada sistem yang berjalan sepanjang tahun. Maka lahirlah konsep Tabungan Kurban.

Kolaborasi dengan YouTuber, Penjualan Meledak!

Anton dan tim menghubungi seorang YouTuber ternama yang memang concern dengan dunia peternakan. Mereka jalin kerja sama, dan hasilnya luar biasa: dalam dua minggu promo, 30 ekor sapi terjual. Sebulan kemudian, 57 ekor. Hingga tiga bulan berjalan, 103 ekor sapi berhasil dijual—bahkan sebagian hingga ke Singapura!

“Si YouTuber sendiri kaget. Kandang-kandang lain belum jualan, tapi kami sudah laku keras,” kata Anton sambil tertawa.

Kunci Sukses: Sistem Real Timbang dan Garansi

Yang membedakan Baik Hati Farm dengan peternakan lain adalah keberanian mereka menerapkan sistem real timbang—menjual sapi dengan bobot aktual. Tak banyak peternakan yang berani melakukannya.

Tak hanya itu, mereka juga memberikan garansi bobot, kematian, dan layanan purna jual. Sistem ini berhasil membangun kepercayaan pelanggan, bahkan dari luar negeri.

Tabungan Kurban: Jawaban dari Kebutuhan Pasar

Melalui sistem tabungan kurban, mereka menyasar orang-orang yang ingin berkurban namun memilih mencicil dari jauh-jauh hari. Banyak dari mereka justru mulai mencari hewan kurban sebelum Ramadan. Faktor utama? Kualitas hewan dan adanya jaminan.

Inilah yang membedakan Baik Hati Farm. Mereka tidak hanya menjual sapi, tapi juga menyediakan rasa aman dan kepercayaan bagi para pekurban.

Peran Sang Istri dalam Branding dan Komunikasi

Atika, istri Anton, turut andil dalam membangun brand Baik Hati Farm. Latar belakangnya di bidang komunikasi membuatnya paham pentingnya citra. Ia membantu dari sisi branding, pembuatan website, hingga media sosial agar usaha mereka makin dikenal dan dipercaya.

“Orang Singapura aja percaya karena branding kita kuat,” jelas Atika.

Menjual dengan Hati

“Kurban itu bukan jual beli biasa. Ini ibadah. Orang mengeluarkan uang tapi enggak dapat barang langsung. Harus pakai hati,” ujar Anton.

Karena itu, ia meyakini bahwa bisnis ini tak bisa dijalankan asal-asalan. Harus dengan niat baik, pelayanan terbaik, dan kepercayaan yang dijaga.

Kesimpulan: Dari Doa, Kerja Keras, dan Keberanian, Hadirlah Keajaiban

Kisah Baik Hati Farm adalah bukti bahwa kesuksesan tidak datang begitu saja. Harus jatuh dulu, harus ditolak, harus merasa gagal, bahkan harus menangis. Tapi di balik semua itu, ada pelajaran dan jalan menuju keberkahan.

Dengan semangat pantang menyerah, keberanian mencoba hal baru, dan keyakinan bahwa rezeki Allah selalu ada, pasangan ini membuktikan bahwa dari kandang bambu pun bisa lahir kejayaan.

Related Articles

Back to top button