Perjalanan Inspiratif Ahmad Dari Keterpurukan hingga Menjadi CEO Mitraku

Awal yang Penuh Perjuangan
Nama saya Ahmad. Saya berasal dari Dusun Ciwahangan, Jalan R.M. Martadata, Baregbeg. Saya adalah pendiri, pemilik, sekaligus CEO dari Mitraku, sebuah perusahaan yang saya dirikan pada tahun 2012.
Jujur saja, perjalanan saya membangun Mitraku tidaklah mudah. Setelah menikah, saya sempat bangkrut. Untuk membeli beras saja, saya kesulitan. Saya bahkan pernah mendapatkan cap negatif dari masyarakat, dianggap seperti gelandangan karena kondisi ekonomi yang sangat memprihatinkan. Namun, semua itu tidak membuat saya berhenti bermimpi.
Mimpi Kecil yang Lahir dari Kekecewaan
Ide tentang Mitraku bukan muncul tiba-tiba. Ia lahir dari banyak pengalaman hidup—kekecewaan, keterbatasan, hingga keinginan untuk memperbaiki kualitas layanan yang ada di sekitar saya. Saat itu, sangat sulit menemukan bahan-bahan kue dengan kemasan yang baik dan menarik di Ciamis. Generasi milenial yang mulai terjun ke dunia kuliner tentu punya ekspektasi berbeda dibanding generasi orang tua kita. Mereka ingin kemasan yang estetik dan kekinian.
Kesadaran itulah yang mendorong saya menciptakan Mitraku—sebuah solusi untuk menjawab kebutuhan mereka.
Mitra Setia Para Pebisnis Kuliner
Hari demi hari, Mitraku berkembang. Kami melayani lebih dari 700 hingga 800 pelanggan setiap harinya, terutama di saat high season. Produk kami meliputi:
- Berbagai jenis tepung (terigu, beras, sagu, tapioka)
- Bahan makanan olahan (frozen food, seasoning, saus, gula)
- Aneka kemasan makanan (plastik, kertas, custom packaging)
Kami tidak pernah menyebut diri sebagai yang “terbesar”, “terlengkap”, atau “termurah”. Kami hanya sedang berproses menuju itu semua—dengan fokus pada pelayanan dan kebermanfaatan.
Dagang Sudah Jadi Darah Daging
Sejak kecil, saya sudah akrab dengan dunia dagang. Saya pernah berjualan petasan, mainan, hingga majalah bekas. Bahkan waktu istirahat sekolah lebih sering saya habiskan untuk berbincang dengan pedagang keliling dibanding bermain dengan teman sebaya. Jiwa dagang saya tumbuh di luar sekolah.
Saya berasal dari keluarga pedagang—kakek, ayah, dan ibu saya semua berdagang. Maka ketika saya memilih jalan yang sama, rasanya bukan hal yang aneh. Saya hanya ingin memperbaiki apa yang dulu dilakukan orang tua saya, memperbaiki sistem, dan menjadikan perusahaan ini punya nilai lebih.
Bangkit dari Kerugian, Membangun Sistem yang Lebih Kuat
Tak terhitung kerugian yang saya alami di Mitraku. Dari transaksi keliru, barang rusak, hingga kesalahan pengiriman. Tapi dari situ saya belajar bagaimana cara meminimalisir kerugian.
Kami selalu mengecek masa simpan produk, bernegosiasi dengan supplier untuk pengembalian barang rusak, dan menjadikan promosi sebagai bentuk apresiasi kepada pelanggan. Alhasil, kerugian per bulan bisa ditekan hingga hanya sekitar Rp5 juta saja—bahkan tertutup oleh keuntungan operasional.
Membangun Tim yang Profesional dan Humanis
Saya percaya, karyawan adalah bagian dari perjuangan. Perbedaan kami hanya pada tanggung jawab. Kami selalu membina karyawan agar bisa melayani pelanggan dengan sepenuh hati—bukan dengan sorotan tajam, tapi dengan senyum dan etika.
Ada karyawan yang awalnya kurang disukai pelanggan, tapi setelah dibina dan diarahkan, kini justru menjadi favorit. Kami belajar dari setiap feedback pelanggan dan menjadikannya pedoman untuk meningkatkan kualitas layanan.
Bertumbuh dengan Nilai dan Kepedulian Sosial
Operasional Mitraku cukup besar. Biaya listrik saja bisa mencapai Rp35 juta per bulan, gaji karyawan berkisar Rp40–65 juta per bulan. Tapi bagi saya, keuntungan bukan segalanya.
Saya lebih memilih untuk terus menginvestasikan hasil usaha: membeli tanah, mengembangkan cabang, dan melakukan Corporate Social Responsibility (CSR). Kami menjadi donatur tetap di beberapa pesantren, karena kami percaya perusahaan tidak boleh hanya mementingkan profit, tapi juga nilai.
Harapan untuk Masa Depan
Saya tidak punya banyak prestasi pribadi. Tapi saya punya mimpi besar: menjadikan Mitraku sebagai perusahaan bonafide yang dikelola dengan sistem yang baik, SDM yang kuat, dan berdampak positif bagi masyarakat.
Saya ingin hadir sebagai pribadi yang memberi manfaat, bukan hanya untuk keluarga saya, tapi juga untuk siapa pun yang terlibat di Mitraku. Saya ingin warisan terbesar saya bukan sekadar harta, tapi nilai-nilai hidup dan perjuangan.
Pesan untuk Generasi Muda
- Bagi generasi muda yang sedang membangun usaha:
- Banggalah dengan apa yang kamu mulai.
- Maksimalkan potensi dan jangan mudah menyerah.
- Fokus adalah kunci sukses. Jika kamu bisa fokus pada satu bidang, kamu bisa menaklukkan apapun.
“Selama saya tidak merugikan orang lain, dan selama saya bisa membawa manfaat, saya akan terus berjalan. Saya tidak ingin sekadar jadi pedagang besar. Saya ingin jadi pedagang yang memberi nilai.”
Penutup
Kisah Ahmad bukan sekadar cerita sukses. Ini adalah kisah tentang harapan, kerja keras, dan mimpi yang tidak pernah padam. Mitraku bukan hanya bisnis, tapi bukti bahwa siapa pun bisa bangkit—asal punya fokus, tekad, dan keberanian untuk terus berproses.